Entri Populer

Friday, August 5, 2011

Penyelamatan Hutan Mangrove Terakhir Kota Jakarta


Walaupun prihatin dengan kondisi hutan Mangrove yang penuh sampah dan perairan hitam yang berbau busuk karena limbah, aksi pembersihan dan mulung sampah ini sendiri terasa seru dengan canda tawa kaum muda yang memang rata-rata masih pelajar dan mahasiswa.



Sampah kemasan plastik produk makanan, sabun, sampo dari perusahaan besar yang kerap menyerukan jargon Ramah Lingkungan


Ibadah Menjelang Ramadhan. Bersihkan Bumi, Bersihkan Hati Menjelang Ramadhan.


Kondisi Kritis Pesisir Jakarta dari Pencemaran Limbah Sungai, Airnya hitam dan berbau busuk menyengat.


Penghitungan dan Pendataan Berat Sampah


Hasil Perburuaan 53 karung besar sampah plastik, 7 karung besar sampah STYROFOAM dan 1 ban mobil dengan total berat 1,017 Ton.


Luas Hutan yang terus terdesak pembangunan Perumahan mewah
Hutan Mangrove dan Pemukiman Perumahan Mewah yang hanya dibatasi Pagar, sering terjadi konflik hewan memasuki perumahan.


Akses Masuk Yang terkepung perumahan mewah, Hak publik terkunci hak privasi.


TRASH BUSTER Bersihkan Bumi, Bersihkan Hati Jelang Ramadhan.

Jargon inilah yang didengungkan oleh teman-teman Transformasi Hijau (TRASHI) sebuah komunitas pendidikan lingkungan hidup Jakarta yang kembali mengadakan TRASH BUSTER yaitu Aksi Bersih Sampah Hutan Mangrove Jakarta dengan partisipan kaum muda dalam aksi bersama “Bersihkan Bumi, Bersihkan Diri” 1 hari sebelum memasuki bulan puasa.

Penyelamatan Hutan Mangrove Terakhir Kota Jakarta.

Kegiatan aksi bersih sampah ini diadakan pada hari Minggu 31 Juli 2011 di lokasi Mangrove Hutan Lindung Muara Angke Kapuk.

Hutan Mangrove Muara Angke Kapuk sendiri merupakan Hutan Mangrove Terakhir di kota Jakarta yang masih eksis dan bertahan walaupun dipepet terus oleh alih fungsi lahan pembangunan perumahan mewah daerah Kapuk dari tahun 80′an sampai sekarang dan dengan kondisi kritis bertahan dari gempuran sampah dan limbah sungai dari kota Jakarta.

Sampah dan limbah sungai sangat berpengaruh menggangu pertumbuhan pohon bakau dan menutup akar pernafasannya hingga sekarat dan mati.

Akses menuju Hutan Mangrove Muara Angke sekarang memang agak tersembunyi, dikepung rapat oleh perumahan mewah daerah Kapuk, hal inilah yang juga mempengaruhi daerah ini kurang begitu dikenal dan dikunjungi oleh para pelajar Jakarta dalam pendidikan pengenalan lingkungan hidup.

Hutan Mangrove yang tersisa sekarang mencakup Suaka Margasatwa (25,02 Ha) di bawah pengelolaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA DKI Jakarta) dan Hutan Lindung Angke Kapuk (44,76 Ha) di bawah pengelolaan Dinas Pertaniaan dan Kehutanan DKI Jakarta, serta beberapa blok kecil Mangrove sekitar jalan Tol Sedyatmo yang dijadikan ekowisata.

Fungsi penting hutan Mangrove seperti terabaikan dengan bertambahnya urban penduduk yang terus menggerus luas hutan di ujung pesisir Jakarta ini, fungsi penting itu diantaranya:

- Pelindung pantai penahan abrasi , penahan banjir dan gelombang laut.

- Mencegah intrusi air laut ke daratan (habisnya mangrove disinyalir sebagai salah satu penyebab telah merembesnya air laut sampai ke kawasan Monas di Jakarta Pusat)

- Sebagai habitat satwa , burung-burung, ikan, reptil dan biota perairan lainnya.

- Meningkatkan produktifitas sumber pangan perairan.

- Pendidikan, laboratorium hidup penelitian dan ekowisata.

Walaupun prihatin dengan kondisi hutan Mangrove yang penuh sampah dan perairan hitam yang berbau busuk karena limbah, aksi pembersihan dan mulung sampah ini sendiri terasa seru dengan canda tawa kaum muda yang memang rata-rata masih pelajar dan mahasiswa.

Berbagai macam bentuk sampah dapat ditemui disini mulai dari kemasan makanan Styrofoam, Sarung, potongan celana dalam, bra, bekas mainan plastik, kasur, hingga kondom, ban mobil dan kemasan plastik produk makanan, sabun, sampo dari perusahaan besar yang kerap menyerukan jargon “Ramah Lingkungan”, hal ini membuat para peserta prihatin sekaligus geli dan menjadi olok-olok para peserta atas penemuaan sampah-sampah ajaib tersebut.

Perburuan sampah yang dimulai dari jam 8 pagi hingga jam 12 siang di 3 titik ini berhasil mengumpulkan sampah sebanyak 53 karung besar sampah plastik, 7 karung besar sampah STYROFOAM dan 1 ban mobil dengan total berat 1,017 Ton.

Kegiatan Transformasi Hijau kali ini diikuti sekitar 50 orang. yang umumnya adalah para pelajar yang tergabung dalam pasukan muda Transformasi Hijau yaitu Young Transformer (pelajar Jakarta SMK 50, SMA 13, SMAN 32, SMKN 29, SMKN 56) dan dari berbagai komunitas seperti Green Camp Halimun, Trem Kota, Teens Go Green, JSN, UIN Jakarta dan MIPA UI.

Kegiatan rutin mereka di hutan Mangrove selain mulung sampah adalah hobi penelitian dan pengamatan satwa seperti burung, reptil, amphibi serta mamalia.

Menurut Ady Kristanto, salah satu pentolan Transformasi Hijau, mereka berhasil mendata species yang berhasil survive di Mangrove Muara Angke walaupun dalam kondisi kritis dan mengkhawatirkan antara lain 106 jenis Burung, 5 jenis Amphibi (katak), 12 jenis Ular, 3 jenis Cicak, 1 jenis tokek, 1 jenis kadal dan biawak, sedangkan mamalia masih terdapat Berang-berang, Tikus Rawa, Bajing Kelapa dan Monyet Ekor Panjang.

Saya berharap Hutan Manggrove Muara Angke lebih mudah diakses oleh warga Jakarta sebagai tempat pendidikan lingkungan hidup tanpa harus mengurus perizinan yang ribet dan dapat mengurus perizinan di lokasi, bukan nya mengurus jauh di kantor BKSDA Jl. Salemba Jakarta.

Dan untuk menjaga kelestarian, pengunjung dapat dikutip retribusi dan pendampingan oleh petugas Jagawana di dalamnya.

Semoga Mangrove Jakartaku tetap lestari……..



Foto dan Tulisan: Sudirman Asun

No comments:

Post a Comment